Langsung ke konten utama

hakikat ilmu

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt dibandingkan makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal pikirannya / kecerdasannya. Dengan kemampuannya ini manusia mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang.
Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kita sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas.
Al-Qur’an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah Swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad Saw demi membebaskan manusia dari kegelapan hidup menuju cahaya Illahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. Pada makalah ini kami akan membahas hakikat ilmu menurut Al-qua’an dan Hadits yang berkenaan dengan hakikat ilmu.
B.     Rumusan Masalah
Sehubung dengan luasnya pembahasan ini, di sini kami akan membatasi pembahasan kami dengan beberapa permasalahan berikut :
1.      Hakikat ilmu menurut Al-qur’an :
a.       Surah Al-Mujaddalah ayat 11
b.      Surah Thaha ayat 14
c.       Surah An-Naml ayat 15
d.      Surah Al-Qashash ayat 14
2.      Hakikat ilmu menurut hadits
C.    Tujuan Pembelajaran
Untuk menyampaikan pembahasan kepada rekan-rekan sekalian, dan untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh  dosen pengampu.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Ilmu Menurut Al-qur’an
1.      Al-Quran Surah Al-Mujaddalah Ayat 11
Surat al-Mujadalah terdiri dari 22 ayat, termasuk golongan surat Madaniyah diturunkan sesudah surat al-Munafiqun. Surat ini dinamai "al- Mujadalah" (wanita yang mengajukan gugatan), karena pada awal surat ini disebutkan  bantahan  seorang  wanita. Dan  dinamai  juga "al-Mujadalah", yang berarti perbantahan[1].
a.       Ayat dan terjemah surat al- Mujadalah Ayat 11
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
b.      Asbabun Nuzul dari Surat Al- Mujadalah Ayat 11
          Menurut Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bahwa ayat ini turun pada hari jum'at, di saat pahlawan-pahlawan Badar datang ke tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-tamu itu (pahlawan Badar) disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat itu merasa tersinggung perasaannya. Dan juga ayat ini turun sebagai perintah kepada kaum mukmin untuk mentaati perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama mukmin[2].
c.       Tafsir isi kandungan dari surat al- Mujadalah Ayat 11
Dalam pembahasan ini, penulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli tafsir (mufassir) sebagai berikut:
1)      Dalam tafsir al- Misbah
Ayat ini menerangkan tentang perintah untuk memberi kelapangan dalam segala hal kepada orang lain. Ayat ini juga tidak menyebut secara tegas bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang  yang  berilmu.  Tetapi  menegaskan  bahwa  mereka  memiliki derajat-derajat yakni yang lebih tinggi dari sekadar beriman, tidak disebutkan kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimiliki itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu[3].
Yang dimaksud dengan الَّذِّ يْنَ اُوْتُوْااْلعِلمَ yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman jadi dua, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, yang kedua beriman, beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kedua kelompok ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan maupun keteladanan[4].
Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan hanya ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dan dalam pandangan al-Qur'an ilmu tidak hanya ilmu agama, tetapi juga yang menunjukan bahwa ilmu itu haruslah menghasilkan rasa takut dan kagum pada Allah SWT,   yang   pada   gilirannya   mendorong   yang  berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan mahkluk[5].
2)      Dalam tafsir al- Maraghi
Ayat ini mencakup pemberian kelapangan dalam menyampaikan segala macam kebaikan kepada kaum muslimin dan yang menyenangkannya. Dan Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang   mukmin   dengan   mengikuti    perintah-perintah-Nya,khususnya orang-orang yang berilmu di antara mereka, derajat-derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat-tingkat keridhaan[6].

2.      Al-Qur’an Surah Thaha ayat 114
Surah Ta Ha (Arab: طه , Tā-Hā, "Ta Ha") adalah surah ke-20 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 135 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah. Surah ini dinamai Ta Ha, diambil ayat pertama surah ini. Sebagaimana juga yang lazim terdapat pada surah-surah yang memakai huruf-huruf abjad pada permulaannya, di mana huruf tersebut seakan-akan merupakan pemberitahuan Allah kepada orang-orang yang membacanya, bahwa sesudah huruf itu akan dikemukakan hal-hal yang sangat penting diketahui, maka demikian pula halnya dengan ayat-ayat yang terdapat sesudah huruf Ta Ha dalam surah ini. Allah menerangkan bahwa Al-Quran merupakan peringatan bagi manusia, wahyu dari Allah, Pencipta semesta alam. Kemudian Allah menerangkan kisah beberapa nabi; akibat-akibat yang telah ada akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Allah dan orang-orang yang mengingkari-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.
a.        Ayat dan terjemah surat Thaha ayat 114
n?»yètGsù ª!$# à7Î=yJø9$# ,ysø9$# 3 Ÿwur ö@yf÷ès? Èb#uäöà)ø9$$Î/ `ÏB È@ö6s% br& #Ó|Óø)ムšøs9Î) ¼çmãômur ( @è%ur Éb>§ ÎT÷ŠÎ $VJù=Ïã ÇÊÊÍÈ
Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.
b.      Asbabun Nuzul dari surat Thaha ayat 114
Dalam hadits Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah SAW menggerak-gerakkan bibirnya ketika wahyu diturunkan. Menghafal ayat-ayat Al-Qur’an mula-mulanya terlalu berat bagi  beliau. Itulah sebabnya ketika Jibril menyampaikan wahyu itu Rasulullah SAW segera saja mengikuti dengan gerakan lidah dan bibirnya karena takut luput dari ingatan; padahal Jibril belum selesai membaca. Hal  ini  terjadi sebelum turunnya Surah Taha, dan semenjak adanya teguran Allah dalam Ayat  ini  tentu beliau sudah tenang dalam menerima wahyu tidak perlu cepat-cepat menangkapnya
c.        Tafsir atau menurut syara isi kandungan dari surat Thaha ayat 114
Dalam pembahasan ini, penulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli tafsir (mufassir) sebagai berikut:
1)      Dalam tafsir Ibnu Katsir
Di dalam tafsir Ibnu Katsîr dijelaskan, Allah berfirman : “janganlah engkau tergesa-gesa membaca al-Qur`ân sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, hai Muhammad”.
2)      Tafsir Al- Mishbah.
Dalam ayat 114 ini juga merupakan tuntutan kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk tidak membacakan, yakni menjelaskan makna pesan – pesan Al – Qur’an kepada sahabat – sahabat beliau setelah jelas untuk beliau maknanya, baik setelah merenungkankannya secara sungguh – sungguh maupun sebelum datangnya malaikat Jibril as untuk mengajarkan kepada beliau tentang maknanya.

3.      Al-Quran Surah  An-Naml Ayat 15
Nama surat ini An-naml yang berarti semut ,surat An-Naml memiliki 93 ayat dan surat ini turun di kota Mekah. Surat ini dinamakan an-naml karena bernama semut itu ada dalam ayat 18 dan 19, seketika seekor semut itu berkata pada temannya agar mereka bersembunyi dalam sarang-sarangnya karena tentara nabi sulaiman akan melalui tempat ini dan jangan sampai mereka hancur terinjak tentara-tentaranya itu. Lalu diterangkan dalam ayat 19 bahwa apa yang dikatakan seekor semut itu didengar oleh Nabi sulaiman karena Nabi faham dan artinya, lalu beliau bersyukur kepada Allah atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan Allah kepadanya.
a.       Ayat dan terjemah surat al- Namal Ayat 15
ôs)s9ur $oY÷s?#uä yŠ¼ãr#yŠ z`»yJøn=ßur $VJù=Ïã ( Ÿw$s%ur ßôJptø:$# ¬! Ï%©!$# $uZn=žÒsù 4n?tã 9ŽÏWx. ô`ÏiB ÍnÏŠ$t7Ïã tûüÏZÏB÷sßJø9$# ÇÊÎÈ
Artinya: “Dan Sesungguhnya kami Telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman".
b.      Asbabun Nuzul dari surat dari surat al- Namal Ayat 15
Tentang kerajaaan Daud dan uteranya Sulaiman. Artinya nabi-nabi dan rasul-rasul Allahpun pernah mencapai kekuatan dan kekuasaan sebagai fir’aun itu pula, namun mereka tidaklah sombong karena mendapat nikmat Allah itu, melainkan bersyukur. Dalam pada itu , diwaktu ia mencapai puncak kebesaran dan kekuasaan itu, tidak lupa beliau melakukan dakwah. Malahan seorang raja perempuan di zamannya, Ratu dari bangsa arab purbakala yang memerintah di negeri saba’ akhirnya takluk dan berlindung ke bawah panji-panji kerajaan besar sulaiman dan menukar agamanya yang tadinya menyembah matahari kepada menyembah Allah.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menulis surat yang isinya: “Sesunggunya Allah tidak memberikan nikmat kepada hamba-Nya, lalu ia memuji Allah karenanya melainkan pujiannya itu lebih utama daripada nikmat-Nya itu sekalipun engkau tidak mengetahui hal tersebut kecuali di dalam kitab Allah yang diturunkan.”

c.       Tafsir atau menurut syara isi kandungan dari surat al- Naml Ayat 15
1)       Dalam Tafsir Al- Azhar
“Dan sesungguhnya telah kami berikan ilmu kepada daud dan sulaiman” (pangkal ayat 15) Di dalam ayat ini ilmu pengetahuan disebutkan yaitu secara umum bukan secara khusus, sebab itu beliau sebagai kepala negara , beliau di beri Allah ilmu dalam memimpin rakyat, dan Nabi dan raja daud ahli dalam membuat baju besi untuk untuk dipakai berperang dan sebagai sebuah negara besar, maka raja harus pandai bermain musik [7].
Demikian juga putra beliau sulaiman. Nabi dan raja sulaiman ini pun terkenal dalam berbagai ilmu bahkan banyak hal yang melebihi ayahnya. Misalnya diajarkan tuhan untuk mengetahui bunyi burung apa artinya. Dan kelebihan dia dari ayahnya karena beliaupun memiliki ilmu itu dapat menundukkan jin-jin halus yang dapat diperintahnya: dan keduanya telah mengatakan: segala puji-pujian bagi Allah yang telah melebih utamakan kami dari hamba –hambanya yang beriman [8].
Ujung ayat ini menyatakan bahwa raja-nabi dua beranak itu bersyukur kepada tuhan atas nikmat yang telah dianugerahkan allah kepada mereka, diantara hamba-hamba Allah yang beriman.Disini pula ayat Allah memberikan tuntunan kepada manusia, bahwa apabila mereka mendapat nikmat kerajaan dan kekuasaan. Hendaklah mereka bersyukur dan janganlah menyombong.
2)      Dalam Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala mengabarkan tentang nikmat yang diberikan kepada dua orang hamba dan Nabi-Nya yaitu Dawud dan puteranya, Sulaiman as. untuk itu Allah berfirman: wa laqad aatainaa daawuuda wa sulaimaana ‘ilmaw wa qaalal hamdulillaaHil ladzii fadl-dlalanaa ‘alaa katsiirim min ‘ibaadiHil mu’miniin (“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.”)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menulis surat yang isinya: “Sesunggunya Allah tidak memberikan nikmat kepada hamba-Nya, lalu ia memuji Allah karenanya melainkan pujiannya itu lebih utama daripada nikmat-Nya itu sekalipun engkau tidak mengetahui hal tersebut kecuali di dalam kitab Allah yang diturunkan.”
Allah Ta’ala berfirman: wa laqad aatainaa daawuuda wa sulaimaana ‘ilmaw wa qaalal hamdulillaaHil ladzii fadl-dlalanaa ‘alaa katsiirim min ‘ibaadiHil mu’miniin (“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.”) nikmat manakah yang lebih utama dibandingkan dengan apa yang diberikan kepada Dawud dan Sulaiman as.
4.      Al-Quran surat al-Qashash ayat 14
Nama surat ini ialah al Qashash yang berarti beberapa cerita. Surat ini diturunkan di Makkah berjumlah 88 ayat. Dan nama ini diambil dari kalimat al Qashash yang tersebut ayat 25 yaitu menceritakan bahwa nabi musa sampai ke negeri maydan, bertemu ayah dan kedua anak perempuan yang ditolongnya menimba air untuk minum kambingnya itu diceritakannyalah segala kisah tentang dirinya itu dan memanglah surat yang satu ini juga berisi pengalaman dan perasaaan nabi musa.dan kemudian di penutup ada lagi kisah yaitu Qarun.
a.       Ayat dan terjemah surat al-Qashash 14

Artinya: Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
b.      Asbabun Nuzul dari surat al-Qashash 14
Sebab-sebab diturunkan ayat ini pada saat itu terdapat sebuah raja yang kuat dan zalim pada saat itu. Dan pada saat itu juga musa lahir dalam golongan bani israil yaitu golongan yang hina oleh karena itu Musa dihanyautkan oleh ibunya ke sungai nil, dan ketika itu ditemukan ia oleh istri raja firaun dan musa dibawa ke istana . Disana Musa dididik di bawah bimbingan dan penjagaan Allah SWT. Pendidikan Musa dimulai di rumah Fir'aun di mana di dalamnya terdapat ahli pendidikan dan para pengajar.  secara sederhana Fir'aun rnampu mengumpulkan para pakar pendidikan dan para cendekiawan. Demikianlah hikmah Allah SWT berkehendak agar Musa terdidik di bawah pendidikan yang besar dan ditangani pakar-pakar pendidikan yang terlatih. Ironisnya, hal ini terjadi di rumah musuhnya yang pada suatu hari nanti akan hancur di tangannya, sebagai bentuk pelaksanaan dari perintah Allah SWT.
Musa tumbuh di rumah Fir'aun. Beliau mempelajari ilmu hisab, ilmu bangunan, ilmu kimia, dan bahasa. Beliau tidur di bawah bimbingan agama. Oleh karena itu, Musa tidak mendengar omongan kosong yang dikatakan oleh pendidik tentang ketuhanan Fir'aun. Jarang sekali ia mendengar bahwa Fir'aun adalah tuhan. Beliau pun menepis pernyataan dan anggapan ini. Beliau tinggal bersama Fir'aun di satu rumah. Beliau mengetahui lebih daripada orang lain bahwa Fir'aun hanya sekadar manusia biasa tetapi ia orang yang lalim. Musa mengetahui bahwa ia bukanlah anak dari Fir'aun. Beliau adalah salah seorang dari Bani Israil. Beliau menyaksikan bagaimana pengawal-pengawal Fir'aun dan para pengikutnya menindas Bani Israil. Akhirnya, Musa tumbuh besar dan mencapai kekuatannya.
4.      Munasabah dari surat al-Qashash 14
a.       Hubungan dengan surat an- Namal ayat 10 (sebelumnya).
           Pada ujung ayat surat an- namal Yaitu memberikan isyarat kepada nabi musa bahwa seorang hamba allah dipanggil untuk mendekatinya , pastilah akan mendapat ujian semacam itu. Dan itu tidak apa-apa, karena itu semata-mata perkembangan dari pada kenaikan martabat jiwa, bertambah tinggi martabat jiwa , bertambah banyak bertemu yang ganjil  maka bertambah biasalah diri menghadapinya , sehingga keballah jiwa itu dan pantas menerima gelar Rasul Allah[9][14]
b.      Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surah
    Setelah menceritakan tentang masa bayi Musa, lalu Allah menceritakan masa dewasanya; bahwa setelah Musa berusia dewasa, Dia menganugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu. Menurut Mujahid ditafsirkan dengan kenabian.
{وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ}
Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Qashash: 14)
     Selanjutnya Allah menceritakan penyebab atau latar belakang yang menghantarkan Musa sampai kepada tingkatan kenabian dan diajak berbicara langsung oleh-Nya sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan untuknya, yaitu keterlibatannya dalam kasus pembunuhan terhadap seorang Egypt. Peristiwa inilah yang melatarbelakangi keluarnya dia dari negeri Mesir menuju ke negeri Madyan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا}
Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah. (Al-Qashash: 15)
     Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas, bahwa hal tersebut terjadi antara waktu magrib dan isya. Ibnul Munkadir meriwayatkan dari Ata ibnu Yasar, dari Ibnu abbas bahwa hal itu terjadi di tengah hari. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair Ikrimah, As-Saddi, dan Qatadah.
{فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلانِ}
maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi. (Al-Qashash: 15)
    Yakni keduanya terlibat dalam perkelahian saling memukul dan saling memaki.
{هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ}
yang seorang dari golongannya. (Al-Qashash: 15)
Yaitu dari kalangan kaum Bani Israil.
{وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ}
dan seorang (lagi) dari musuhnya. (Al-Qashash: 15)
    Yakni dari kaum Egypt. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Qatadah, As-Saddi, dan Muhammad ibnu Ishaq. Lalu orang Bani Israil meminta tolong kepada Musa a.s., dan Musa menjumpai kesempatan yang baik untuk menolong bangsanya karena saat itu orang-orang sedang lengah. Lalu ia mendekati orang Egypt itu,
{فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ}
lalu Musa meninjunya dan matilah musuhnya itu. (Al-Qashash: 15)
     Menurut Mujahid, makna wakazahu ialah memukulnya dengan kepalan tinjunya. Qatadah mengatakan bahwa Musa memukul orang Egypt itu dengan tongkat yang dipegangnya sehingga matilah dia, yakni pukulannya itu menyebabkan kematian orang Mesir tersebut.
{هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ. قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ}
Musa berkata, "Ini adalah perbuatan setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).” Musa mendoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri. Karena itu, ampunilah aku.” Maka Allah mengampuni­nya, sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Musa berkata, "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku.” (Al-Qashash: 15-17)
    Yaitu sebagai rasa syukurku atas kedudukan, kemuliaan, dan nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada diriku.
{فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ}
aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa. (Al-Qashash: 17)
Yakni orang-orang yang kafir kepada-Mu lagi menentang perintah-Mu.
5.      Tafsir  isi atau menurut syara dalam kandungan dari surat al-Qashash 14
a.       Dalam tafsir al- Azhar
Dan setelah cukup umurnya dan dewasa, kami berikan kepadanya hukum dan ilmu.” (pangkal ayat 14). Telah dapat dikira-kirakan bahwa kurang lebih 30 tahun dia menjadi anak angkat firaun. Dari kecil dibesarkan dalam istana. Tetapi sejak itu pula ibunya sudah biasa membawa pulang dari istana. Keluarga musa adalah sebagai keluarga bani israil yaitu golongan yang tertindas dan dipandang hina.[10][15]
   Lantaran itu, meskipun ia dianggap sebagai orang istana dia tidak terpisah dari kaumnya.dia selalu melihat perlakuan yang tidak adilyang dilakukan oleh kekuasaan firaun. Sebab itu maka pengalaman-pengalaman yang pahit, yang dilihat, yang didengar, menambah pengetahuannya tentang mana yang adil dan zalim. Bahwa kalau dia memegang hukum maka dia tidak akan memutuskan begitu melaikan ia akan memutukan dengan yang baik.
  “Dan demikianlah kami mengajari orang-orang yang berbuat baik.”(ujung ayat 14). Pada ujung ayat ini dapat kita menggali suatu kenyataan , bahwa disamping apa yang telah ditentukan oleh Alah bahwa musa kelak kemudian hari akan dijadikan nabi, dengan kehendak tuhan yang telah ada orang-orang yang berbuat baik, yang telah berhasil usahanya yang menjadi seorang mengerti ilmu dan hukum.[11][16]   




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai tujuan pendidikan yang telah diuraikan di atas, Dapat kita ketahui bahwasanya Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an. Dan pendidikan itu sendiri membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan seperti halnya akhlaqul karimah. Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral dan akhlaq sebagai basis rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.

B.     Saran
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik maka perlu adanya pemahaman terhadap dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.








DAFTAR PUSTAKA

A. soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Thoha Putra, 1971
Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, Semarang: Thoha Putra,
2003
Qomarudin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, Bandung: Diponegoro, 1986
Al- Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Baerut: Dar al-Fikr, 1971
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Pro. Dr. hamka, Tafsir Al- Azhar,(Singapore: Kerjaya Printing Indrustries Pte Ltd, 2003


















[1] A.Soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1971), hlm.
885.
[2] Qomarudin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, (Bandung: Diponegoro, 1986), hlm. 502.
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 79.
[4] Ibid.,
[5]Ibid., hlm. 80.
[6]Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Op.cit,  hlm. 26.
[7] Ibid., hlm. 5208
[8] Ibid., hlm. 5209
[9]Pro. Dr. hamka, Tafsir Al- Azhar,(Singapore: Kerjaya Printing Indrustries Pte Ltd,2003), hlm. 5202

[10][15] Ibid., hlm. 5309
[11][16] Ibid., hlm. 5310

Komentar

Postingan populer dari blog ini

psikologi belajar teori-teori dalam belajar

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR     “Teori-teori dalam Belajar” Dosen Pengampu  : Muslimah S.Pd.I M.Pd.I   \ Disusun Oleh Kelompok IV 1.         M Zacky Devitson                 15.11.1957 2.         Lukluk Hidayah                    15.11.1953 3.         Edo Gustanto Putra               15.11.1925  Semester / Jurusan  : IV  PAI A SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)  AN-NADWAH KUALA TUNGKAL TAHUN AKADEMIK 2017 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahi nikmat terbesar pada kita, yaitu nikmat iman dan islam. Shalawat serta salam kita curahkan untuk Nabi kita Muhammad SAW yang telah menebarkan dan mendakwahkan islam ini kesegenap penjuru dunia , dan dari alam yang gelap gulita sampailah kepada alam yang terang benerang seperti yang kita rasakan saat ini. Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan inayah-Nya. Makalah ini disusun un

administrasi sarana dan perasarana dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang sangat menunjang atas tercapainya suatu tujuan dari pendidikan, sebagai seorang personal pendidikan kita dituntut untuk menguasi dan memahami administrasi sarana dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang efektif dan efisien serta mampu menghargai etika kerja sesama personal pendidikan, sehingga akan tercipta keserasian, kenyamanan yang dapat menimbulkan kebanggaan dan rasa memiliki baik dari warga sekolah maupun warga masyarakat sekitarnya. Lingkungan pendidikan akan bersifat positif atau negatif itu tergantung pada pemeliharaan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri. Terbatasnya pengetahuan dari personal tata usaha sekolah akan administrasi sarana dan prasarana pendidikan, serta kurangnya minat dari mereka untuk mengetahui dan memahaminya dengan sungguh sungguh, maka dari itu kami menyusun makalah ini. B.        Rumusan Masalah 1.         Apa Penger