BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umat Islam mengalami puncak kejayaan kedua pada masa tiga
kerajaan Besar berkuasa, yakni kerajaan Turki Usmani, Safawi dan Mughal
(India).Namun, seperti pada masa kekuasaan Islam terdahulu, lambat laun
kekuatan Islam menurun. Bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan tersebut,
bangsa Barat mulai menunjukkan usaha kebangkitannya. Kebangkitan bangsa Barat bermuara
pada khazanah ilmu pengetahuan dan metode berpikir yang dikembangkan umat Islam
yakni rasional. Di antara jalur masuknya ilmu pengetahuan Islam ke Eropa yang
terpenting adalah Spanyol. Ketika Spanyol Islam mengalami kejayaan, banyak
orang-orang Eropa yang datang untuk belajar ke sana, kemudian menerjemahkan
karya-karya ilmiah umat Islam. Hal ini dimulai sejak abad ke-12.
Gerakan renaisans bangsa Eropa melahirkan
perubahan-perubahan besar. Abad ke-16 dan ke-17 merupakan abad yang paling
penting bagi kebangkitan Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia
Islam mulai mengalami kemunduran. Banyak penemuan-penemuan dalam segala
lapangan ilmu pengetahuan dan kehidupan yang diperoleh orang-orang Eropa.
Perkembangan itu semakin cepat setelah ditemukan mesin uap, yang kemudian
melahirkan revolusi industri di Eropa. Teknologi perkapalan dan militer
berkembang dengan pesat. Sehingga, dengan kekuatan baru yang mereka miliki,
Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan
perdagangan dari dan ke seluruh dunia, tanpa mendapat hambatan berarti dari
lawan-lawan mereka yang masih menggunakan persenjataan sederhana dan
tradisional.
Dalam pada itu, kemorosotan dunia Islam tidak terbatas pada
bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, melainkan mereka juga ketinggalan
dari Eropa dalam industri perang, padahal keunggulan Turki Usmani di bidang ini
pada masa-masa sebelumnya telah diakui oleh seluruh dunia. Dengan organisasi dan persenjataan
modern, pasukan perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap
daerah-daerah kekuasaan Islam. Kekuatan-kekuatan Eropa menjajah satu demi satu
negara Islam. Perancis menduduki Aljazair pada tahun 1830, dan merebut Aden
dari Inggris sembilan tahun kemudian. Tunisia ditaklukkan pada tahun 1881,
Mesir pada tahun 1882, Sudan pada 1889. Sementara itu, wilayah Islam di Asia
Tengah juga tak luput dari penjajahan Barat.Umat Islam di Asia Tengah menjadi
sasaran pendudukan Uni Soviet. Tulisan ini mencoba memaparkan keadaan dunia
Islam pada masa penjajahan Barat.
B. Rumusan Masalah
1. Penjajah Barat
Atas Dunia Islam
2. Penjajah Barat
Atas Dunia Islam Di Anak Benua India Dan Asia Tenggara
3. Kemunduran
Kerajaan Usmani Dan Ekspansi Barat Ketimur Tengah
C. Tujuan dan Urgensi Penulisan Makalah
1.
Dapat Mengetahui Dan Memahami Penjajah
Barat Atas Dunia Islam
2.
Dapat Mengetahui Dan Memahami Penjajah
Barat Atas Dunia Islam Di Anak Benua India Dan Asia Tenggara
3.
Dapat Mengetahui Dan Memahami Kemunduran
Kerajaan Usmani Dan Ekspansi Barat Ketimur Tengah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Renaisans Di Eropa
Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat. Terutama
kerajaan usmani yang perpusat di Turki. Mereka melakukan berbagai penelitian
tentang rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan, dan menjelajahi benua yang
sebelumnya masih diliputi oleh kegelapan. Setelah christoper colombus menemukan
benua amerika (1492 M) dan vasco menemukan jalan ke timur melalui tanjung
harapan (1498 M), benua amerika dan kepulauan hindia segera jatuh ke bawah
kekuasaan eropa. Eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan. L. stoddard
menggambarkan, dengan sekejap mata dinding laut itu berubah menjadi jalan raya
dan eropa yang semula terpojok segera menjadi yang dipertuankan di laut dan
dengan demikian, yang dipertuan di dunia.
Perekonomian bangsa – bangsa eropa pun semakin maju karena
daerah – daerah baru terbuka baginya. Tak lama stelah itu, mulailah
kemajuan barat melampaui kemajuan islam yang sejak lama mengalami kemunduran.
Kemajuan barat itu dipercepat oleh penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Penemuan mesin uap yang kemudian melahirkan revolusi industri di
eropa semakin memantapkan kemajuan mereka. Teknologi perkepalan dan militer
berkembang dengan pesat. Eropa menjadi penguasa lautan dan
bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdangan ke seluruh dunia. Negeri –
negeri islam yang pertama kali jatuh ke bawah kekuatan eropa adalah negeri –
negeri yang jauh dari pusat kekuasaan kerajaan usmani, Negeri–negeri islam yang
pertama dapat dikuasai barat itu adalah negeri–negeri islam di asia tenggara
dan di anak benua india. Sementara, negeri–negeri islam di timur tengah yang
berada di bawah kekuasaan kerajaan usmani, baru diduduki eropa pada masa
berikutnya.
B. Penjajah Barat Terhadap Dunia Islam Di Anak
Benua India Dan Asia Tenggara
Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama, tetapi
selalu secara menyeluruh dan efektif. Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di
Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris
dan Perancis. Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai kerajaan Mughal India.
Selama pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan
diri di Benggali. Rentang waktu antara 1798 – 1818, dengan perjanjian atau aksi
militer, pemerintahan kolonial Inggris tersebar ke seluruh India, kecuali
lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849. Sementara itu Perancis merasa perlu
memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan India di timur. Oleh
karena itu, pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan
dikuasai oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain Perancis
menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di
samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat menjadi sentral aktivitas untuk
mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur jauh.
Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir
karena situasi politik yang terjadi di negara tersebut. Ia kemudian menunjuk
jenderal Kleber menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir. Dalam suatu
pertempuran laut antara Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah dan
meninggalkan Mesir pada tahun 1801 M., dan di Mesir terjadi kekosongan
kekuasaan. Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki,
Muhammad Ali dengan didukung oleh rakyat, berhasil megambil alih kekuasaan dan
mendirikan dinasti. Pada masa itu Mesir sempat menegakkan kedaulatan dan
melakukan beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882 M. dapat ditaklukkan
kembali oleh Inggris.
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa
ke negara-negara muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang
industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, di samping
rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat memasarkan
hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik
diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses
politik penjajahan barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih
membekas pada sebagian orang barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua
negara ini dalam jangka waktu lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan
Islam. India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang
kaya dengan hasil pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami
kemajuan untuk berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda
mulai menginjakkan kaki di India. pada tahun 1611 M, Inggris mendapat izin
menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izin yang sama. Kongsi dagang Inggris, British East
India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur,
ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan
dan berperang melawan Inggris. Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan
kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal jatuh ke
tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris. Tahun 1857
M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan raja yang terakhir dipaksa
meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah kekuasaan Inggris yang
menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879, Inggris berusaha menguasai
Afghanistan dan pada tahun 1899, Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke
bawah kekuasaan India-Inggris.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang, yang
merupakan daerah penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang
perebutan negara-negara Eropa. Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini lebih
lemah dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan
oleh bangsa Eropa. Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M
di Semenanjung Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di Asia
Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M. Sejak
itu peperangan-peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia seringkali berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang
sangat kaya akan rempah-rempah.
Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan
dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya beberapa
kerajaan Islam, seperti Kesultanan Maguindanao, Buayan dan Kesultanan Sulu.
Akhir abad ke-16 M, giliran Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis, datang ke
Asia Tenggara. Namun, Perancis dan Denmark tidak berhasil menguasai negeri di
Asia Tenggara dan hanya datang untuk berdagang. Kekuasaan politik negara-negara
Eropa di negara-negara Asia berlanjut terus hingga pertengahan abad ke-20.
C. Kemunduran
Kerajaan Usmani Dan Ekspansi Barat KeTimur Tengah
Kemajuan-kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan industri
perang membuat kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi
nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa segan untuk menyerang atau
menguasai wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam. Namun
kekalahan besar Turki Usmani dalam peperangan di Wina pada tahun 1683 M,
membuka mata Barat bahwa Turki Usmani telah benar-benar mengalami kemunduran
jauh sekali. Sejak kekalahan dalam peperangan Wina itu, kerajaan Turki
Usmani menyadari akan kemundurannya dan kemajuan Barat. Usaha-usaha pembaharuan
mulai dilaksanakan dengan mengirim duta-duta ke negara Eropa, terutama
Perancis, untuk mempelajari kemajuan mereka dari dekat. Pada tahun 1720 M,
Celebi Muhamad diutus ke Paris dan diinstruksikan untuk mengunjungi
pabrik-parbik, benteng-benteng pertahanan dan institusi-institusi lainnya. Ia
kemudian memberi laporan tentang kemajuan teknik, organisasi angkatan perang
modern, dan kemajuan lembaga-lembaga sosial lainnya. Laporan-laporan tersebut
mendorong Sultan Ahmad III (1703 – 1730 M) untuk memulai pembaharuan. Untuk
tujuan itu, didatangkanlah ahli-ahli militer Eropa, salah satunya adalah De
Rochefort, Pada tahun 1717, ia datang ke Istambul dalam rangka membentuk korps
artileri dan melatih tentara Usmani dalam ilmu-ilmu kemiliteran modern.
Usaha pembaruan yang dilakukan tidak terbatas pada bidang
milliter. Dalam bidang-bidang lain pembaharuan juga dilaksanakan, seperti
pembukaan percetakan di Istanbul pada tahun 1737 M, untuk kepentingan kemajuan
ilmu pengetahuan. Demikian juga gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam
bahasa Turki, sebagaimana telah dilakukan oleh para penguasa Abbasiyah ketika
menerjemahkan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Meskipun
demikian, usaha-usaha pembaharuan itu bukan saja gagal menahan kemunduran Turki
Usmani, tetapi juga tidak membawa hasil yang diharapkan. Penyebab kegagalan tersebut karena
kelemahan raja-raja Turki Usmani karena wewenangnya sudah menurun. Di samping
itu, keuangan negara yang terus mengalami kebangkrutan, tidak mampu menunjang
usaha pembaharuan. Faktor terpenting yang menyebabkan kegagalan usaha
pembaharuan adalah karena ulama dan tentara Yenissari yang sejak abad ke-17 M
menguasai suasana politik kerajaan Turki Usmani menolak pembaharuan.
Usaha pembaruan Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah
Sultan Mahmud II membubarkan tentara Yenissari pada tahun 1826 M. Struktur
kerajaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan moderen didirikan, buku-buku
Barat diterjemahkan, siswa berbakat dikirim belajar ke Eropa, dan
sekolah-sekolah kemiliteran didirikan. Akan tetapi, meski banyak mendatangkan
kemajuan, hasil yang diperoleh dari gerakan pembaharuan tetap tidak berhasil
menghentikan gerakan Barat terhadap dunia Islam. Selama abad ke-18, Barat
menyerang wilayah kekuasaan Turki Usmani di Eropa Timur. Akhir dari serangan
itu adalah ditandatanganinya Perjanjian San Stefano (Maret 1878 M) dan
perjanjian Berlin (Juli 1878 M), antara kerajaan Turki Usmani dengan Rusia.
Ketika perang dunia I meletus, Turki Usmani bergabung dengan
Jerman yang kemudian mengalami kekalahan. Akibat dari peristiwa itu kekuasaan
kerajaan Turki semakin ambruk. Partai Persatuan dan Kemajuan memberontak kepada
Sultan dan dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani, kemudian membentuk Turki
modern. Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah kekuasaan Turki Usmani
di Asia dan Afrika melepaskan diri dari Konstantinopel. Hal ini disebabkan
timbulnya nasionalisme pada bangsa-bangsa yang ada di bawah kekuasaan Turki.
Bangsa Armenia dan Yunani yang beragama Kristen berpaling ke Barat, memohon
bantuan Barat untuk kemerdekaan tanah airnya, bangsa Kurdi di pegunugan dan
Arab di padang pasir dan lembah-lembah juga bangkit untuk melepaskan diri dari
cengkeraman penguasa Turki Usmani.
D. Bangkitnya Nasionalisme Di Dunia Islam
Sebagaimana telah disebutkan di atas, benturan-benturan
antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa, mereka
memang jauh tertinggal dari Eropa. Hal ini dirasakan dan disadari pertama kali
oleh Turki, karena kerajaan inilah yang pertama dan utama dalam usaha
menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang
Turki untuk banya belajar dari Eropa. Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan
Islam pada umumnya didorong oleh dua faktor, yakni pertama: permurnian ajaran
Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam,
seperti gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abd al-Wahhab di
Saudi Arabia, Syah Waliyullah di India dan gerakan Sanusiyah di Afrika Utara
yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair. Kedua: Menimba gagasan-gagasan
pembaruan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Hal ini tercermin dalam pengiriman
para pelajar muslim oleh penguasa Turki dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk
menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya
Barat ke dalam bahasa mereka. Pelajar-pelajar India juga banyak yang menuntut
ilmu ke Inggris.
Gerakan pembaharuan itu, dengan segera juga memasuki dunia
politik, karena Islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan
politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme (Persatuan umat
Islam Sedunia) yang pada awalnya didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan
Sanusiayah. Namun, gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh
pemikir Islam terkenal, Jamaludin al-Afghani. Al-Afghani-lah orang pertama yang
menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia
mengabdikan dirinya untuk memperingatkan dunia Islam akan hal tersebut dan
melakukan usaha-usaha untuk pertahanan. Umat Islam, menurutnya, harus meninggalkan
perselisihan-perselisihan dan berjuang di bawah panji bersama. Ia juga berusaha
membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri Islam. Karena itu,
al-Afghani dikenal sebagai Bapak Nasionalisme dalam Islam. Semangat Pan-Islamisme yang bergelora
itu mendorong Sultan Hamid II, untuk mengundang al-Afghani ke Istanbul. Gagasan
ini dengan cepat mendapat sambutan hangat dari negeri-negeri Islam. Akan
tetapi, semangat demokrasi al-Afghani tersebut menjadi duri bagi kekuasaan
sultan, sehingga al-Afghani tidak diizinkan berbuat banyak di Istanbul. Setelah
itu, gagasan Pan-Islamisme dengan cepat redup, terutama setelah Turki Usmani
bersama sekutunya Jerman, kalah dalam Perang Dunia I dan kekhalifahan
dihapuskan oleh Mustafa Kemal, tokoh yang justru mendukung nasionalisme, rasa
kesetiaan kepada negara kebangsaan. Benih-benih nasionalisme tumbuh sejak
masa al-Tahtawi dan Jamludin al-Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang
memperjuangkan gagasan ini adalah Ahmad Urabi Pasha. Gagasan tersebut menyebar
dan mendapat sambutan hangat, sehingga nasionalisme tersebut terbentuk atas
dasar kesamaan bahasa. Hal itu terjadi di Mesir, Syiria, libanon, Palestina,
Irak, Bahrain, dan Kuwait. Semangat persatuan Arab tersebut diperkuat pula oleh
usaha barat untuk mendirikan negara Yahudi di tengah-tengah bangsa Arab. Di India, sebagaimana di Turki dan
Mesir, gagasan Pan-Islamisme yang dikenal dengan gerakan óilafaú juga mendapat
pengikut. Syed Amir Ali adalah salah seorang pelopornya. Namun, gerakan ini
pudar setelah usaha menghidupkan kembali khilafah yang dihapuskan Mustafa Kemal
tidak memungkinkan lagi. Yang populer adalah gerakan nasionalisme, yang
diwakili oleh Partai Kongres Nasional India. Akan tetapi, gagasan nasionalisme
itu segera pula ditinggalkan sebagian besar tokoh-tokoh Islam, karena kaum
muslim yang minoritas tertekan oleh kelompok Hindu yang mayoritas.
Persatuan antar kedua komunitas besar Hindu dan Islam sulit
diwujudkan. Oleh karena itu, umat Islam di anak benua India tidak lagi semangat
menganut nasionalisme, tetapi Islamisme, yang dalam masyarakat India dikenal
dengan nama komunalisme. Gagasan Komunalisme Islam disuarakan oleh Liga
Muslimin yang merupakan saingan bagi Partai Kongres Nasional. Benih-benih
gagasan Islamisme tersebut sebenarnya sudah ada sebelum Liga Muslimin berdiri,
yang disuarakan oleh Sayyid Ahmad Khan, kemudian mengkristal pada masa Iqbal
dan Muhammad Ali Jinnah.
E. Kemerdekaan Negara-Negara Islam Dari Penjajah Barat
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan
berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam
perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka. Dalam kenyataannya,
partai-partai itulah yang berjuang melepaskan diri dari kekuasaan penjajah.
Perjuangan tersebut terwujud dalam beberapa bentuk kegiatan antara lain:
1. Gerakan
politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata.
2. Pendidikan
dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi
kemerdekaan.
Negara berpenduduk mayoritas Muslim yang pertama kali
memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitu tanggal 17 Agustus
1945. Indonesia merdeka dari pendudukan Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh
Sekutu. Disusul oleh Pakistan tanggal 15 Agustus 1947, ketika Inggris
menyerahkan kedaulatannya di India kepada dua Dewan Konstitusi, satu untuk
India dan satunya untuk Pakistan. Tahun 1922, Timur Tengah (Mesir)
memperoleh kemerdekaan dari Inggris, namun pada tanggal 23 Juli 1952, Mesir
menganggap dirinya benar-benar merdeka. Pada tahun 1951 di Afrika, tepatnya Lybia
merdeka, Sudan dan Maroko tahun 1956, Aljazair tahun 1962. Semuanya
membebaskan diri dari Prancis. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Yaman Utara,
Yaman selatan dan Emirat Arab memperoleh kemerdekaannya pula. Di Asia
tenggara, Malaysia, yang saat itu termasuk Singapura mendapat kemerdekaan dari
Inggris tahun 1957, dan Brunai Darussalam tahun 1984 M.
Demikianlah, satu persatu negeri-negeri Islam memerdekakan
diri dari penjajahan. Bahkan, beberapa diantaranya baru mendapat kemerdekaan
pada tahun-tahun terakhir, seperti negera Islam yang dulunya bersatu dalam Uni
Soviet, yaitu Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan dan
Azerbaijan pada tahun 1992 dan Bosnia memerdekakan diri dari Yugoslavia pada
tahun 1992 (Yatim, 2003:187-189).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perang Salib merupakan awal penetrasi Barat terhadap dunia
Islam yang selanjutnya membawa kaum muslimin berada dalam jajahan negara-negara
Barat. Karena mulai dari Perang Salib I inilah kaum muslimin banyak mengalami
kerugian, baik kerugian yang bersifat material seperti banyaknya wilayah Islam
yang direbut Barat, diduduki dan dikuasai, juga kerugian non material yang
berupa mulai hilangnya peradaban Islam dan mulai masuknya peradaban-peradaban
Barat.
Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan
Perang Salib berlatar belakang hal-hal berikut :
1. Mercenary
yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara Islam.
2. Missionary
yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara jajahannya
3. Military
yaitu perluasan daerah militer.
Selain hal diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat
adalah faktor ekonomi dan politik. Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap
dunia Islam berupa penyerangan, penaklukan, sehingga banyak wilayah-wilayah
Islam yang jatuh ke negara-negara Barat. Juga berupa penindasan,
penghisapan dan perbudakan. Penjajahan Barat ternyata membawa
implikasi yang sangat luas terhadap perkembangan peradaban Islam baik peradaban
material yang berupa tehnologi baru, maupun peradaban mental. Penjajahan
Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang mana bertujuan untuk
memurnikan agama Islam dari pengaruh asing dan menimba gagasan-gagasan
pembaharuan dan ilmu pengetahuan Barat.
B. Saran
Demikianlah uraian singkat makalah tentang Dunia Islam pada
masa penjajahan Barat. Tulisan ini masih sangat terbatas dan memerlukan
tambahan guna memperluas wawasan kita. Hal ini sebagai upaya mengenalkan
warisan kebudayaan Islam, sehingga generasi penerus kita mampu mengambil 'ibrah
dari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu, agar nantinya mereka dapat
mencontoh dan mengambil apa yang seharusnya mereka pegangi dan tidak megulangi
lagi kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para tokoh-tokoh Islam terdahulu. Oleh karena itu
JASS MERAH (Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah) karena sejarah adalah
sumber hukum dan pijakan dalam memperjuangkan Agama Islam di Belahan dunia. Go fight Islam!
DAFTAR PUSTAKA
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1998.
Ahmad
Amin, Islam dari Masa ke Masa, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1991.
http://noerhayati.wordpress.com/2008/06/02/penjajahan-barat-terhadap-dunia-islam/
Komentar
Posting Komentar