Langsung ke konten utama

LOGIKA AGAMA, AKAL DAN KEDUDUKANNYA MENURUT M. QURAISH SHIHAB


AKAL DAN KEDUDUKANNYA

Kata akal berasal dari bahasa arab "'aqala, yu'qilu,'aqlan". Sementara pakar berpendapat rangkaian dari ketiga huruf di atas berkisar maknanya pada "menghalangi" dan lahir kata "iqal" dalam arti tali. Tali yang biasanya berwarna hitam yang melilit kain yang menyelubungi kepala pria dalam pakaian Arab Saudi dinamai 'iqal karena tali itu menghalangi kain tersebut diterbangkan angin atau jatuh. Demikian pula tali yang mengikat binatang agar tidak lepas/kabur. Makna-makna lain yang ditemukan dalam bahasa Arab untuk kata tersebut antara lain:
  1. Paham/ilmu, karena dengan pemahaman dan ilmu, seseorang bagaikan memiliki tali yang menghalanginya melakukan kesalahan atau keburukan.
  2. menghafal, karena yang menghafal bagaikan mengikat pengetahuannya sehingga tidak tercecer/terlupakan olehnya.
  3. Benteng/tempat berlindung, penjara. Karena tempat-tempat itu menghalangi seseorang dari bahaya atau menghalanginya keluar agar tidak mengulangi kejahatannya.
  4. Kehati-hatian, karena dengan kehati-hatian, seseorang dapat terhalangi/terhindar dari apa yang tidak berkenan baginya.
  5. Istri dinamai 'aqilah, karena seorang istri telah terikat dalam perkawinan dengan seorang suami sehingga terhalang menikah dengan pria lain dalam status perkawinan itu.
  6. Diyah/sanksi berupa "ganti rugi" atas pembunuhan yang diserahkan atas nama pembunuhan kepada keluarga terbunuh karena dengan diyah tersebut, gugur dan terhalangilah keluarga terbunuh untuk menuntut balas/qhishash terhadap pembunuh.
Benang merah yang menghimpun makna-makna di atas tidak keluar dari hakikat keterhalangan/keterhindaran. Secara umum, makna kata 'aqal dalam konteks potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia adalah potensi yang mendorong pada lahirnya budi pekerti luhur atau menghalangi seseorang melakukan keburukan. Makna ini menurut pakar Mesir kenamaan, Abbas Mahmud Al-'Aqqad sejalan dengan kata mind dalam bahasa-bahasa Indo-Germania yang juga mengandung arti "keterhindaran dan kehati-hatian" serta digunakan untuk mengingatkan seseorang agar berhati-hati. Memang, akal berfungsi mendorong ke arah kebaikan dan menghalangi/mengingatkan seseorang menyangkut dampak keburukan agar penggunanya berhati-hati sehingga tidak terjerumus dalam bahaya/sesuatu yang tidak diinginkan.

AKAL DALAM AL-QUR'AN DAN SUNNAH

Dalam al-Qur'an al-Karim tidak ditemukan kata 'aqala yang menunjuk potensi manusiawi itu. Yang ditemukan adalah kata kerjanya dalam bentuk ya'qiluna dan ta'qiluna masing-masing sebanyak 22 dan 24 kali. Di samping itu, ada juga kata na'qilu dan na'qiluhaa serta 'aqoluhu, masing-masing sekali.

Terulangnya kata akal dan aneka bentuknya dalam jumlah yang sedemikian banyak mengisyaratkan pentingnya peranan akal, bahkan kedudukan itu diperkuat oleh al-Qur'an tentang pencabutan/pembatasan wewenang mengelola dan membelanjakan harta walaun milik seseorang bagi yang tidak memiliki akal/pengetahuan. (Q.S. An-Nisa' [4]: 5), bahkan pengabaian akal berpotensi mengantar seseorang tersiksa di dalam neraka (Q.S. al-Mulk [67]: 11).

Melalui akal, lahir kemampuan menjangkau pemahaman sesuatu yang pada gilirannya mengantar pada dorongan berakhlak luhur. Ini dapat dinamai al-'aql al-wazi', yakni akal pendorong.

Akal juga dingunakan untuk memperhatikan dan  menganalisis sesuatu guna mengetahui rahasia-rahasia yang terpendam dalam sesuatu itu untuk kemudian memperoleh kesimpulan ilmiah dan hikmah yang dapat ditarik dari analisis tersebut. Kerja akal di sini membuahkan ilmu pengetahuan sekaligus mengamalkan apa yang diketahuinya itu. Ini dinamai al-'aql al-mudrik, yakni akan penjangkau (pengetahuan)

Di samping kedua fungsi di atas, masih ada lagi yang melebihi keduanya, yaitu yang mencakup keduanya, tapi dalam betuk yang sempurna dam matang sehingga tidak ada lagi tempatnya bagi kekurangan atau kekeruhan. Memang, bisa saja ada akal yang menghasilkan pengetahuan, tetapi kekurangan hikmah, demikian juga bisa jadi ada hikmah yang dilahirkan oleh mereka yang tidak berpengetahuan.
Referensi: M.Quraish Shihab. 2017. Logika Agama. Tangerang: PT. Lentera Hati.berbagimakalah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

hakikat ilmu

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar belakang Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt dibandingkan makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal pikirannya / kecerdasannya. Dengan kemampuannya ini manusia mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang. Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kita sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas. Al-Qur’an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah Swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad Saw demi membebaskan manusia dari kegelapan hidup menuju cahaya Illahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. Pada makalah ini kami akan membahas hakikat ilmu menurut Al-qua’an dan Hadits yang berkenaan dengan hakikat ilmu. B.      Rumusan Masalah Sehubung dengan luas

psikologi belajar teori-teori dalam belajar

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR     “Teori-teori dalam Belajar” Dosen Pengampu  : Muslimah S.Pd.I M.Pd.I   \ Disusun Oleh Kelompok IV 1.         M Zacky Devitson                 15.11.1957 2.         Lukluk Hidayah                    15.11.1953 3.         Edo Gustanto Putra               15.11.1925  Semester / Jurusan  : IV  PAI A SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)  AN-NADWAH KUALA TUNGKAL TAHUN AKADEMIK 2017 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahi nikmat terbesar pada kita, yaitu nikmat iman dan islam. Shalawat serta salam kita curahkan untuk Nabi kita Muhammad SAW yang telah menebarkan dan mendakwahkan islam ini kesegenap penjuru dunia , dan dari alam yang gelap gulita sampailah kepada alam yang terang benerang seperti yang kita rasakan saat ini. Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan inayah-Nya. Makalah ini disusun un

administrasi sarana dan perasarana dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang sangat menunjang atas tercapainya suatu tujuan dari pendidikan, sebagai seorang personal pendidikan kita dituntut untuk menguasi dan memahami administrasi sarana dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang efektif dan efisien serta mampu menghargai etika kerja sesama personal pendidikan, sehingga akan tercipta keserasian, kenyamanan yang dapat menimbulkan kebanggaan dan rasa memiliki baik dari warga sekolah maupun warga masyarakat sekitarnya. Lingkungan pendidikan akan bersifat positif atau negatif itu tergantung pada pemeliharaan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri. Terbatasnya pengetahuan dari personal tata usaha sekolah akan administrasi sarana dan prasarana pendidikan, serta kurangnya minat dari mereka untuk mengetahui dan memahaminya dengan sungguh sungguh, maka dari itu kami menyusun makalah ini. B.        Rumusan Masalah 1.         Apa Penger