Langsung ke konten utama

Prinsip Prinsip Dasar PENDIDIKAN ISLAM


TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM


1. Tujuan Pendidikan Islam adalah Akhlak

Pendidikan budi pekerti merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Islam telah memberi kesimpulan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah ruh (jiwa) pendidikan Islam dan mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani atau akal atau ilmu maupun segi-segi praktis lainnya, melainkan bahwa kita sesungguhnya memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak, sebagaimana halnya segi-segi lainnya itu. Anak-anak membutuhkan kekuatan dalam jasmani, akal, ilmu, dan juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepribadian.

Para pakar pendidikan islam telah sepakat bahwa tujuan dari pendidikan serta pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, melainkan:
a. Mendidik akhlak anak dan jiwa mereka.
b. Menanamkan rasa keutamaan (fadhilah)
c. Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.
d. Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran.

Dengan demikian, tujuan pokok dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa. semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap pendidik akhlak dan memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lain-lainnya, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan aklak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.

Imam Al-Ghazali berpendapat, "Sesungguhnya tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah 'azza wa Jalla, bukan pangkat dan bermegah-megahan, dan hendaknya janganlah seorang pelajar untuk mencari pangkat, harta, menipu orang-orang bodoh ataupun bermegah-megahan dengan kawan." Jadi, pendidikan itu tidak keluar dari pendidikan akhlak. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan pokok dan utama dari pendidikan Islam hanya dalam satu kalimat (kata), yaitu fadhilah (keutamaan).

2. Memperhatikan Agama dan Dunia Sekaligus

Sesungguhnya ruang lingkup pendidikan dalam pandangan Islam tidaklah sempit sebagaimana perkiraan orang, tidak hanya pada pendidikan agama dan tidak pula terbatas hanya pada pendidikan duniawi semata-mata. Rasulullah SAW. pernah mengisyaratkan setiap pribadi dari umat Islam supaya bekerja untuk agama dan dunianya sekaligus.

Rasulullah SAW. bersabda yang artinya: "Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup untuk selama-lamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari."

Rasulullah SAW. tidak hanya memikirkan dunia saja, tetapi beliau juga memikirkan untuk bekerja dan beramal bagi keduanya tanpa meremehkan kehidupan alam dunia maupun agama.

Sebagaimana memperhatikan segi-segi agama, akhlak, dan kejiwaan dalam pendidikan serta pengajarannya, pendidikan Islam juga tidaklah meremehkan segi-segi kemanfaatan dalam menemukan kurikulum sekolah-sekolahnya. Hal ini nyata sekali dalam salah satu surat dari Khalifah 'Umar bin Khaththab r.a kepada para gubernur pemerintahan Islam.

"Amma ba'du, ajarilah anak-anakmu berenang, mengendarai kuda, dan diriwayatkan kepada mereka ibarat-ibarat yang baik, juga syair-syair yang indah."

Khalifah 'Umar r.a dalam hal ini memerintahkan supaya anak-anak diberikan pelajaran berenang, berkuda, gerak badan, kepandaian berperang, memperhatikan bahasa Arab, peribahasa-peribahasa serta syair-syair yang baik. Pengaruh pada ulama Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dibantah, kecuali oleh orang-prang yang takabur dan fanatik.

Monroo berkata dalam bukunya Sejarah Pendidikan sebagai berikut, "Dalam ilmu kedokteran, operasi, obat-obatan, perbintangan, fungsi anggota badan, sesungguhnya kaum Muslimin telah mencapai pendapat baru yang sangat penting. Mereka telah menciptakan pula jam dindidng dan telah mengajarkan pula kepada bangsa Eropa cara menggunakan kompas dan mesiu.

Pendidikan Islam tidaklah seluruhnya bersifat keagamaan, akhla dan kerohanian semata-mata, tetapi ketiga hal inilah yang lebih dipentingkan dibandingkan dengan segi-segi kemanfaatan lainnya. Dasar pendidikan Islam tidaklah kebendaan atau mencari rezeki, tetapi kedua hal itu adalah sesuatu yang tsaanawiy (sekunder) di dalam hidup, bukan menjadi tujuan pokok dalam pendidikan. Menurut Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ikhwan Ash-Shafa, kesempurnaan manusia tidak akan tercapai, kecuali dengan menyerasikan antara agama dan pengetahuan.

3. Mempelajari Ilmu Hanya untuk Ilmu itu Sendiri

Zaman dahulu para pelajar Islam belajar hanya semata-mata untuk mendalami ilmu itu saja, yang dalam pandangan mereka merupakan suatu hal yang paling mengasyikan di atas dunia, Manusia menurut pembawannya mempunyai ghariizah (insting) ingin tau. Oleh karena itu, para filosof Islam sangat memperhatikan pelajaran dari berbagai cabang ilmu, sastra, dan seni untuk memberikan kepuasan kepada para pelajar (mahasiswa) yang mempunyai kecenderungan untuk menggali dan mengetahuinya. Ini adalah pendidikan yang ideal, sehingga para penuntut ilmu belajar ilmu untuk ilmu, belajar sastra untuk sastra, belajar seni untuk seni karena kelezatan ilmu itu tidak ada bandingannya. Dalam kitab Kasyfudz Dzunuun, Syeikh Haji Khalifah berkata, "ilmu adalah sesuatu yang paling lezat dan paling mulia."

Pada bagian lainnya, ia berkata, "Tujaun dari belajar bukanlah mencari rezeki di dunia ini, tetapi maksudnya ialah untuk sampai pada hakikat, memperkuat akhlak, dengan arti mencapai ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna."

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, di dalamnya diajarkan ilmu karena ia mengandung kelezatan kejiwaan, untuk sampai pada hakikat ilmiah dan akhlak terpuji. Setiap orang yang memperhatikan apa-apa yang ditinggalkan oleh kaum Muslimin dalam bentuk peninggalan-peninggalan ilmiah, agama, sastra, seni, ia akan mendapatkan suatu kekayaan yang sangat besar yang tidak ada bandingannya di dunia ini. Hal ini membuktikan bahwa mereka sangat memperhatikan ilmu karena ilmu, sastra karena sastra, dan seni karena seni. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa mereka mengesampingkan soal mencari rezeki sama sekali. Hal ini akan terbukti dari keterangan-keterangan berikut.

4. Pendidikan Kejujuran (Pertukangan) Menacari Rezeki

Pendidikan Islam tidak mengabaikan masalah mempersiapkan seseorang untuk mencari kehidupannya dengan jalan mempelajari beberapa bidang pekerjaan, industri, dan mengadakan latihan-latihan.

Tujuan itu nyata sekali dari ucapan Ibnu Sina, "Apakahseorang anak sudah selesai belajar Al-Qur'an dan menghafal pokok-pokok bahasa, barulah ia mempelajari apa yang akan dipilihnya menjadi bidang pekerjaannya, dan untuk itu haruslah ia diberi petunjuk." Artinya seseorang itu haruslah dipersiapkan untuk berkarya, berprakti,  dan berproduksi sehingga ia dapat bekerja, mencari atau mendapat rezeki, hidup dengan hormat, serta tetap memelihara segi-segi kerohanian dan keagamaan.

Sesungguhnya sabagian besar Pendidikan Islam adalah akhlak, tetapi tetaplah tidak mengabaikan masalah mempersiapkan seseorang untuk hidup, mencari kehidupan (rezeki) dan tidak melupakan pula soal pendidikan jasmani, akal, hati, perasaan, kemauan, cita-cita, kecakapan tangan, lisan dan kepribadian.

Referensi: Muhammad 'Athiyah Al-Abrasyi. 2003. Prinsip Prinsip Dasar Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustak Setia.

(M. Zacky Devitson)
Googleping.com
Add URL

Komentar

Postingan populer dari blog ini

hakikat ilmu

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar belakang Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt dibandingkan makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal pikirannya / kecerdasannya. Dengan kemampuannya ini manusia mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang. Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kita sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas. Al-Qur’an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah Swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad Saw demi membebaskan manusia dari kegelapan hidup menuju cahaya Illahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. Pada makalah ini kami akan membahas hakikat ilmu menurut Al-qua’an dan Hadits yang berkenaan dengan hakikat ilmu. B.      Rumusan Masalah Sehubung dengan luas

psikologi belajar teori-teori dalam belajar

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR     “Teori-teori dalam Belajar” Dosen Pengampu  : Muslimah S.Pd.I M.Pd.I   \ Disusun Oleh Kelompok IV 1.         M Zacky Devitson                 15.11.1957 2.         Lukluk Hidayah                    15.11.1953 3.         Edo Gustanto Putra               15.11.1925  Semester / Jurusan  : IV  PAI A SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)  AN-NADWAH KUALA TUNGKAL TAHUN AKADEMIK 2017 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahi nikmat terbesar pada kita, yaitu nikmat iman dan islam. Shalawat serta salam kita curahkan untuk Nabi kita Muhammad SAW yang telah menebarkan dan mendakwahkan islam ini kesegenap penjuru dunia , dan dari alam yang gelap gulita sampailah kepada alam yang terang benerang seperti yang kita rasakan saat ini. Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan inayah-Nya. Makalah ini disusun un

administrasi sarana dan perasarana dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang sangat menunjang atas tercapainya suatu tujuan dari pendidikan, sebagai seorang personal pendidikan kita dituntut untuk menguasi dan memahami administrasi sarana dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang efektif dan efisien serta mampu menghargai etika kerja sesama personal pendidikan, sehingga akan tercipta keserasian, kenyamanan yang dapat menimbulkan kebanggaan dan rasa memiliki baik dari warga sekolah maupun warga masyarakat sekitarnya. Lingkungan pendidikan akan bersifat positif atau negatif itu tergantung pada pemeliharaan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri. Terbatasnya pengetahuan dari personal tata usaha sekolah akan administrasi sarana dan prasarana pendidikan, serta kurangnya minat dari mereka untuk mengetahui dan memahaminya dengan sungguh sungguh, maka dari itu kami menyusun makalah ini. B.        Rumusan Masalah 1.         Apa Penger